Senin, 26 September 2016

Manusia awam yang beradab



menurut hemat saya manusia awam adalah manusia yang tidak tahu secara detail mengenai sebab, akibat dari sebuah permasalahan yang dihadapi. Sejatinya ketika lahir kita  dilambangkan sebagai orang awam yang tidak tahu apa-apa, karena pada waktu itu kita belum ada yang namanya logika berfikir yang cukup. Namun seiring bertambahnya usia dan bertambahnya pengalaman, logika berfikir pun muncul dengan sendirinya. 

Ada sebuah kejadian dulu pas saya duduk di tempat warung kopi, saya mendengarkan sebuah perbincangan yang asik ada tiga orang pemuda yang menceritakan mengenai hal-hal spritual mengenai hidupnya, yang satu menceritakan mengenai pacar dambaannya, dia menceritakan beberapa hal yang mustahil diceritakan, pertama dia menceritakan betapa mudah dirinya untuk mendapatkan seorang pacar, yang ia katakan juga pacarnya tergila-gila dengannya.

Pemuda kedua pun menggangguk-ngangguk kepala seakan hanya mengimbangi obrolannya saja, entah setuju atau tidak setuju mengenai pernyataan temannya. Dan pemuda yang ketiga juga menceritakan  mengenai pengalaman spritualnya, mengenai pencalonan seorang anggota dewan yang betapa mudahnya untuk menjadi anggota dewan. Setelah saya simak dari ceritanya, mereka pun membuka rahasianya, mereka mengatakan hal yang sama persis yang dialami pengalaman spritual hidup mereka dari kedua pemuda tersebut, ternyata dari kedua pemuda tersebut pernah berguru dengan seorang guru spritualnya, yang mereka katakan adalah saya menggunakan ilmu pengasihan, pelet, dan penggering dan lain sebagainya.
 
Sebenarnya ilmu-ilmu yang tidak bisa dibuktikan dengan ilmiah itu tidak ada, logika saja kalau sekian dari kita menggunakan ilmu-ilmu tersebut berarti kita tidak percaya dengan diri kita sendri, sehingga solusi akhirnya adalah percaya dengan seorang guru spritualnya,  kebetulan guru spritual itukan juga manusia kita pun juga manusia berarti sama kedudukannya dimata tuhan, manusiakan pada akhirnya akan mati, akan kembali menjadi tanah, dan menghadap tuhan yang maha esa. Jadi tinggal bagaimana kita membandingkannya percaya dengan guru spritual atau percaya dengan diri sendiri dan percaya dengan tuhan kita.

Jumat, 16 September 2016

Berdiri Disejengkal Tanah Surga


Disini tanahku tanah airku, dari sejengkal tanah surga ini semua bisa kita hasilkan, tuhan telah memberikan sejengkal tanah surga untuk kita miliki, untuk kita jaga, untuk kita lestarikan. Semoga tanah surga yang kita miliki membawa berkah yang berlimpah. Jangan sampai terdengar lagi  dari sudut sabang sampai maroke ada yang namanya busung lapar ataupun kelaparan, ataupun pengangguran.

Kita patut bangga Semuanya bisa kita hasilkan mulai dari hasil pertanian, perikanan, tambang, migas, perkebunan ada ditanah kita. Negeri yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya, tinggal bagaimana kita mencerdaskan Sumber Daya Manusianya, tinggal bagaimana kita mengolahnya, mengebangkannya dan menikmatinya, jangan sampai pihak asing yang beruntung dapat menikmati hasil alam kita.