Pada dasarnya prinsip politik, untuk mendapatkan kekuasaan dengan
cara adu strategi, adu taktik, adu urat saraf, adu skill, adu kompeten, adu
mental, adu masa, adu pencitraan, adu data, adu elektabilitas, adu program, adu
visi & misi, adu janji-janji dan yang tak kala penting adu finansial.
(Prabowo Subianto, 2017). Finansial ini yang harus diutamakan
didalam politik tanpa finansial yang kuat maka nonsense untuk menjadi penguasa
karena semuanya butuh uang. Terkadang saya merasa aneh ketika menjelang Pesta
Demokrasi, ada yang mendadak kebetulan mau
jadi keluarga, ada yang mendadak pura-pura merakyat.
Turun kejalan, masuk ke
selokan, masuk ke pasar tradisional, tidak lagi memakai kendaraan mewah bahkan
mau memekai kendaraan seperti sepeda, becak ataupun transportasi umum untuk
pergi kemana-mana sampai-sampai mau berjabat tangan dengan warga pinggiran, padahal
itu semua seni pencitraan.
Diera sekarang era generasi mecin dan generasi hoax, seni
pencitraan sangat ampuh untuk menakluk hati mereka sang pemegang suara tanpa
mengetahui kapasitas, kredibilitas, dan integritas sang calon penguasa yang
penting cara berpakaiannya sederhana, yang penting mau masuk keselokan yang
penting tidak mau bermewah-mewahan itu yang ada didalam benak generasi mecin
dan generasi hoax.
Padahal yang rakyat butuhkan bukan seni pencitraan namun sebuah
kebijakan-kebijakan yang menguntungkan bagi rakyat indonesia bukan hanya
menguntukan bagi perut penguasa dan asing.
Semoga bermanfaat oleh Fiki yardi lestaluhu.