TRADISI PERTANIAN
pengertian pertanian
secara sempit adalah usaha bercocok tanam di suatu lahan yang mana hasilnya
akan di ambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pertanian secara luas adalah
suatu kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, tanaman hortikultura, tanaman pangan,
perikanan, dan peternakan.
Bidang pertanian tidak
akan pernah hilang, bagaimana pun keadaannya selama bumi ini masih terjaga dan
utuh, sampai kapanpun pertanian selalu di nomor satukan karena mahkluk hidup
sangat bergantung dari hasil pertanian. Malahan hampir tidak ada yang bisa
menggantikan hasil dari pertanian.
Sebagai contoh sederhana,
adakah manusia ataupun hewan yang secara terus-menerus mengkonsumsi selain
hasil dari pertanian misalnya mengkonsumsi plastik, besi, karet ataupun yang
lainnya, apakah plastik, besi ataupun karet bisa menghasilkan energi bagi tubuh
manusia dan hewan, saya rasa tidak, secara terus menerus manusia ataupun hewan
tidak akan bertahan hidup tanpa mengkonsumsi hasil dari pertanian.
Itulah sebabnya kenapa
saya mengambil tema mengenai pertanian, sampai-sampai saya pun kuliah di fakultas
pertanian dan menyelsaikan starata 1 di universitas musi rawas, karena bidang pertanian sangat dibutuhkan di
dunia ini. Hanya saja pertanian diindonesia menurut saya cendrung masih
memiliki kelemahan dan condong kearah belakang maksudnya masih digunakannya tradisi
lama yakni prinsip gotong royong dan prinsip tradisonal. Prinsip gotong royong
adalah mengerjakan dan menyelsaikan suatu masalah secara bersama, dan prinsip
tradisonal adalah masih memegang teguh pemikiran lama dari nenek moyang kita.
Kalau dikaji lebih
dalam lagi, menggunakan prinsip gotong royong sangat merugikan terutama modal
bagi para petani, sebagai contoh menggunakan prinsip gotong royong dalam
budidaya tanaman padi, 1 hektar memerlukan tenaga manusia berkisar 15 orang
mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga panen. Kalau dihitung berapa hari
selsai penanamannya dari 15 orang
tersebut, butuh waktu lama untuk penyelsaiannya, apalagi pada saat
panen, hasil panen pun kadang tidak balik modal karena harus dibagi-bagi.
Begitupun prinsip
tradisonal, sebagai contoh dari manakah pemikiran petani kita dari zaman dahulu
hingga sekarang kalau mau budidaya tanaman harus melalui ritual khusus, memberikan
sesajen, sedekah bumi ataupun yang lainnya. Pada intinya setelah melakukan
ritual tersebut, harapan petani tidak terjadi gagal panen, ataupun bisa
mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Secara rasional dari
kedua prinsip tersebut merugikan bagi para petani dan tidak masuk akal. Coba bayangkan kalau menggunakan teknologi,
perbandingan 1 mesin tanam padi dengan 15 pekerja mana yang lebih cepat dan
mana yang lebih irit biaya, saya rasa mesin tanam padi, karena 1 mesin tersebut
mampu menanam padi 1 hektar dalam waktu berkisar 2 atau 3 jam, bandingkan
dengan 15 orang tadi saya rasa membutuhkan waktu 1 minggu atau 2 minggu. Kenapa
tidak masuk akal, karena hubungan tanaman dengan ritual khusus misalnya pemberian
sesajen atau sedekah bumi tidak ada keterkaitannya dengan tanaman yang akan
dibudidayakan, secara rasional tanaman butuh unsur hara yang berimbang. tepat
dosis, tepat waktu, dan tepat sasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar