Jumat, 22 Juli 2016

Tradisi Pertanian

TRADISI PERTANIAN

pengertian pertanian secara sempit adalah usaha bercocok tanam di suatu lahan yang mana hasilnya akan di ambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pertanian secara luas adalah suatu kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, tanaman hortikultura, tanaman pangan, perikanan, dan peternakan. 

Bidang pertanian tidak akan pernah hilang, bagaimana pun keadaannya selama bumi ini masih terjaga dan utuh, sampai kapanpun pertanian selalu di nomor satukan karena mahkluk hidup sangat bergantung dari hasil pertanian. Malahan hampir tidak ada yang bisa menggantikan hasil dari pertanian.

Sebagai contoh sederhana, adakah manusia ataupun hewan yang secara terus-menerus mengkonsumsi selain hasil dari pertanian misalnya mengkonsumsi plastik, besi, karet ataupun yang lainnya, apakah plastik, besi ataupun karet bisa menghasilkan energi bagi tubuh manusia dan hewan, saya rasa tidak, secara terus menerus manusia ataupun hewan tidak akan bertahan hidup tanpa mengkonsumsi hasil dari pertanian.

Itulah sebabnya kenapa saya mengambil tema mengenai pertanian, sampai-sampai saya pun kuliah di fakultas pertanian dan menyelsaikan starata 1 di universitas musi rawas, karena bidang pertanian sangat dibutuhkan di dunia ini. Hanya saja pertanian diindonesia menurut saya cendrung masih memiliki kelemahan dan condong kearah belakang maksudnya masih digunakannya tradisi lama yakni prinsip gotong royong dan prinsip tradisonal. Prinsip gotong royong adalah mengerjakan dan menyelsaikan suatu masalah secara bersama, dan prinsip tradisonal adalah masih memegang teguh pemikiran lama dari nenek moyang kita. 

Kalau dikaji lebih dalam lagi, menggunakan prinsip gotong royong sangat merugikan terutama modal bagi para petani, sebagai contoh menggunakan prinsip gotong royong dalam budidaya tanaman padi, 1 hektar memerlukan tenaga manusia berkisar 15 orang mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga panen. Kalau dihitung berapa hari selsai penanamannya dari 15 orang  tersebut, butuh waktu lama untuk penyelsaiannya, apalagi pada saat panen, hasil panen pun kadang tidak balik modal karena harus dibagi-bagi. 

Begitupun prinsip tradisonal, sebagai contoh dari manakah pemikiran petani kita dari zaman dahulu hingga sekarang kalau mau budidaya tanaman harus melalui ritual khusus, memberikan sesajen, sedekah bumi ataupun yang lainnya. Pada intinya setelah melakukan ritual tersebut, harapan petani tidak terjadi gagal panen, ataupun bisa mendapatkan hasil panen yang melimpah.

Secara rasional dari kedua prinsip tersebut merugikan bagi para petani dan tidak masuk akal.  Coba bayangkan kalau menggunakan teknologi, perbandingan 1 mesin tanam padi dengan 15 pekerja mana yang lebih cepat dan mana yang lebih irit biaya, saya rasa mesin tanam padi, karena 1 mesin tersebut mampu menanam padi 1 hektar dalam waktu berkisar 2 atau 3 jam, bandingkan dengan 15 orang tadi saya rasa membutuhkan waktu 1 minggu atau 2 minggu. Kenapa tidak masuk akal, karena hubungan tanaman dengan ritual khusus misalnya pemberian sesajen atau sedekah bumi tidak ada keterkaitannya dengan tanaman yang akan dibudidayakan, secara rasional tanaman butuh unsur hara yang berimbang. tepat dosis, tepat waktu, dan tepat sasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar